Wednesday, December 4, 2013

Buku Harian Nayla

Buku Harian Nayla adalah sebuah sinetron Indonesia bernafaskan religi Kristen yang ditayangkan RCTI pada tahun 2006. Sinetron ini membuat-ulang serial Jepang yang berjudul 1 Litre of Tears. Fans sinetron ini menyatakan bahwa sinetron ini merupakan adaptasi dari serial Jepang tersebut, namun tidak ada bukti yang mendukung pernyataan tersebut, bahkan pada credit title hanya dituliskan "berdasarkan kisah fiksi belaka". Sinetron ini ditayangkan ulang di Global TV Senin, 26 Maret 2012-Jumat, 13 April 2012.

SINOPSIS
Semua tampak sempurna untuk Nayla, dia ceria, rajin, pintar, dan jago basket dan taat pula beribadah. Disekolah pun dia bisa menjadi ketua kelas dan bertemu dengan cowok yang baik dan ganteng pula. Tapi dibalik kesempurnaan itu sebenarnya Nayla menderita penyakit yang sangat berat karena dia bisa kehilangan kemampuan fisiknya hingga akhirnya lumpuh. Nayla tidak mengetahui hal ini.
Dr Fritz yang memeriksa dan merawat Nayla memintanya membuat buku harian (sebenarnya agar ia bisa memantau perkembangan kesehatan Nayla). Beberapa hari kemudian, Martha menemui dr Fritz untuk mengambil Hasil pemeriksaan Nayla. Martha kaget mengetahui penyakit yang diderita Nayla. Nayla yang tak tahu apa-apa, tetap menjalani hidupnya seperti biasa. Hingga Nayla bertemu pasien yang telah lama menderita sakit, dan mengalami gejala-gejala yang mirip dengan yang dialaminya.

Nayla bertanya pada Dr Fritz. Namun Dr Fritz merasa tak berhak memberitahu Nayla. Kondisi Nayla semakin memburuk. Martha terpaksa memberi tahu Nayla tentang penyakitnya. Nayla tidak terkejut, karena sudah lama menduga akan kenyataan itu. Nayla kini duduk di kursi roda. Beruntung Nayla memiliki teman-teman yang setia. Selain itu, Moses yang jatuh cinta pada Nayla, juga selalu menemani Nayla. Namun banyak juga siswa yang merasa terganggu dengan keadaan Nayla.
Waktu berlalu dengan cepat. Nayla berhasil lulus sekolah. Semua teman Nayla sibuk memikirkan kuliah. Nayla sedih, hal yang bisa menghiburnya hanya menulis buku harian. Nayla terus menulis walau tangannya semakin lama semakin susah bergerak. Sementara itu, Moses akhirnya masuk kuliah kedokteran yang sebenarnya jauh dari minat awalnya. Dengan satu alasan, dia ingin menyembuhkan Nayla.
Namun Nayla justru sadar bahwa kehadirannya yang tinggal sebentar lagi hanya akan menyakiti Moses. Nayla lalu memutuskan hubungannya dengan Moses. Tapi secara diam-diam, Moses terus mengamati Nayla. Penyakit Nayla berkembang semakin parah, jauh melampaui prediksi Dr. Fritz. Beberapa kali Nayla hampir meninggal hanya karena tersedak dan kesulitan bernapas. Namun Nayla tetap tegar dan tidak berhenti berdoa, dia tetap menggunakan waktunya untuk mengukir prestasi. Nayla mengirimkan tulisannya ke majalah-majalah. Banyak orang yang bersimpati pada keadaan Nayla.
Suatu hari, di malam Natal, Moses datang membawa surat dari pembaca Nayla. Saat itu Nayla sudah benar-benar lelah berperang dengan penyakitnya. Ternyata banyak pembaca yang menjadi lebih tegar menghadapi hidupnya setelah membaca tulisan Nayla. Itu menjadi bukti bahwa sekalipun sudah tak berdaya secara fisik, Nayla tetap berguna dan menjadi penolong bagi orang lain, sesuai keinginan terbesarnya. Nayla tersenyum bahagia. Tak ada lagi yang perlu dia cari di dunia ini.

PEMAIN

1 Litre of Tears

One Litre of Tears
Sinetron Buku Harian Nayla merupakan sinetron yang sedikit mengikuti serial drama Jepang, 1 Litre of Tears. Sehingga tentu ada bagian yang sama antara kedua drama ini, terutamanya bahasan utamanya yang sama-sama berbicara tentang Penyakit degeneratif syaraf.









PERBANDINGAN BUKU HARUAN NAYLA dengan 1 LITRE OF TEARS
Tokoh utama Nayla
Tokoh utama Ikeuchi Aya
Nayla kesulitan memasukkan benang ke dalam jarum
Aya kesulitan memasukkan benang ke dalam jarum


Nayla menemukan anjing tak bertuan (diberi nama Duca)

Aya menemukan anjing tak bertuan (diberi nama Ganmo)



Pasien ataxia yang mengeja huruf alfabet untuk berkomunikasi

Pasien spinocerebellar degeneration sedang mengeja hiragana/katakana untuk berkomunikasi

sumber: wikipedia.org

No comments:

Post a Comment